Kamis, 26 September 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Bank Indonesia (BI) mengatakan meningkatnya ketidakpastian
ekonomi global ditambah banyaknya demonstrasi di Tanah Air dalam beberapa hari
terakhir menambah kegelisahan di pasar finansial domestik, termasuk memperlemah
nilai tukar rupiah hingga ke Rp14.135 per dolar AS.
“Faktor gabungan pada global, dan kita tahu juga ada sorotan domestik
tentang demonstrasi yang kita lihat dua hari terakhir ini masih terus
berlangsung. Itu tentunya menimbulkan jittery (kegelisahan),” kata
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di Bursa Efek Indonesia
(BEI) di Jakarta, Rabu (25/9).
Pada Rabu ini, di pasar spot, kurs rupiah bergerak di Rp 14.200-Rp 14.155 per
dolar AS, dan ditutup di Rp14.151 per dolar AS atau melemah 38 poin (0,27%)
dibanding penutupan Selasa (24/9).
Meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, ujar Destry Damayanti, disebabkan
eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang tak kunjung mereda,
dan juga merebaknya wacana-wacana pemakzulan Presiden AS Donald Trump.
Hal tersebut semakin membuat suram iklim pasar keuangan global, tercermin dari
parameter imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang tiba-tiba
anjlok dari 1,7% dalam sekejap karena
adanya pelarian arus modal dari AS. “Kami melihat ketidakpastian di global
makin tinggi,” ujar Destry Damayanti.
Tekanan dari ekonomi global itu juga ditambah dengan instabilitas politik dan
keamanan di domestik karena banyaknya demonstrasi di Tanah Air.
“Kami cek rupiahnya agak sedikit melemah hari ini, rupiah berada di level
Rp 14.135 per dolar AS, padahal kemarin-kemarin rupiah berada di level di bawah
Rp 14.100 sekitar, Rp 14.080, bahkan dua pekan yang lalu sempat berada di level
Rp 13.900 per dolar AS,” ujar Destry Damayanti.
Untuk mengantisipasi tekanan pasar keuangan yang semakin meninggi, lanjut dia,
upaya bisa dilakukan dengan memperdalam pasar keuangan. Saat ini fundamental
ekonomi domestik masih terjaga. Jika pasar keuangan semakin dalam dan fundamental
ekonomi terjaga, maka Indonesia bisa menjadi sasaran masuknya arus modal asing
ketika negara-negara lain dilanda ketidakpastian.
“Tentunya kita berharap kalau pasar uang semakin dalam, tentunya gejolak
itu bisa diminimalisir. Itu yang kita harapkan,” ujar Destry Damayanti.
Upaya memperdalam pasar keuangan itu bisa dilakukan dengan mencipatakan koridor
dan tata kelola yang baik di pasar finansial untuk penerbitan berbagai
instrumen keuangan, seperti Surat Berharga Komersial. (ki)