Selasa, 8 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM- Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita mendorong negara
anggota produsen karet alam dalam The Association of Natural Rubber Producing
Countries (ANRPC) bersinergi guna
menentukan langkah adaptif dan inklusif bagi pengembangan industri karet secara
berkelanjutan.
Hal ini disampaikan Mendag saat membuka Konferensi Tahunan Karet ANRPC ke-12
yang mengangkat tema “Adaptive and Inclusive Path to Sustainable Value Chain”
di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (7/10).
“Di tengah pelambatan ekonomi global, penurunan produksi dan harga karet,
penting bagi anggota ANRPC mengambil langkah adaptif dan inklusif untuk
mewujudkan rantai nilai industri karet secara berkelanjutan. Produksi karet
alam yang berkelanjutan dapat menjamin pasokan komoditas tersebut secara
global,” jelas Mendag lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Senin.
Data ANRPC menyebutkan, pada beberapa bulan awal 2019, produksi karet alam menurun;
sedangkan tingkat konsumsi dunia meningkat dari tahun ke tahun.
Namun demikian, harga karet alam dunia tidak kunjung terkoreksi ke level yang
diharapkan.
Menurut Mendag, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan
industri karet yang berkelanjutan, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Dari aspek ekonomi, pergerakan harga karet tidak lagi banyak dipengaruhi faktor
fundamental yang meliputi permintaan dan penawaran. Terbukti saat ini pasokan
karet global menurun, tetapi harganya masih tetap rendah.
Penurunan pasokan ini disebabkan antara lain oleh penurunan produksi yang
disepakati negara-negara produsen karet (ITRC) dan penyebaran penyakit jamur.
Mendag juga menyampaikan, penyerapan karet alam saat ini masih didominasi
industri ban. Sudah seharusnya upaya penyerapan karet alam melibatkan berbagai
pemangku kepentingan.
“Penyerapan karet alam hendaknya tidak hanya melibatkan industri besar, tetapi
para pemangku kepentingan dari berbagai level, termasuk industri kecil penopang
dan para petani,” kata Mendag.
Sementara itu, dalam konteks lingkungan, karet merupakan tanaman yang ramah
lingkungan, mudah ditanam, dan dirawat. Dari segi sosial, karet alam merupakan
sumber pemasukan utama bagi jutaan petani yang lahannya mencapai 85% dari total
lahan perkebunan di seluruh dunia.
Harga komoditas karet yang stabil akan dapat membantu mengurangi kemiskinan dan
menciptakan lapangan pekerjaan di daerah-daerah terpencil.
“Kita perlu menempatkan kepentingan petani karet alam ke dalam rantai nilai
karet alam untuk mendukung petani meneruskan aktivitas perkebunan mereka.
Indonesia sebagai salah satu negara produsen menilai penting rantai nilai karet
berkelanjutan dari industri hulu ke hilir yang adaptif dan inklusif, tidak hanya
untuk konsumen tetapi juga produsen,” ungkap Mendag.
Untuk mendukung terwujudnya industri karet berkelanjutan, Indonesia telah
melakukan berbagai upaya seperti membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar
(UPPB) untuk membantu petani menghasilkan karet alam berkualitas lebih baik,
sehingga mendapatkan harga yang lebih baik.
Hingga 2018, sebanyak 323 UPPB Karet telah didirikan di beberapa daerah. Dengan
UPPB, rantai pasokan akan semakin efisien.
Pada bidang industri, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan industri hilir
untuk memaksimalkan konsumsi karet alam dalam negeri.
Industri karet bahkan merupakan salah satu prioritas nasional dalam Rancangan
Nasional Pengembangan Industri. (ki)