Selasa, 15 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-.Pengelolaan
utang luar negeri (ULN) pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan,
dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Sektor-sektor
tersebut yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 18,9% dari total utang luar negeri pemerintah,
konstruksi (16,4), jasa pendidikan (15,9% ), administrasi pemerintah, pertahanan,
dan jaminan sosial wajib (15,2 %), serta sektor jasa keuangan dan asuransi
(13,9%),” kata Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) , Selasa (15/10).
Mengenai
utang luar negeri swasta, kata Bank Indonesia, secara sektoral didominasi oleh
sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas,
uap/air panas dan udara, serta sektor pertambangan dan penggalian.
“Pangsa
utang luar negeri di keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri
swasta mencapai 75,6%,” kata BI.
Utang luar negeri Indonesia pada Agustus 2019 tercatat sebesar US$ 393,5 miliar,
terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 196,3 miliar, serta utang swasta, termasuk
BUMN, sebesar US$ 197,2 miliar .
Utang
luar negeri Indonesia tersebut tumbuh 8,8% (yoy), melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,9% (yoy), terutama dipengaruhi
oleh transaksi pembayaran neto utang luar negeri.
“Perlambatan
pertumbuhan utang luar negeri tersebut disebabkan oleh menurunnya posisi utang
luar negeri publik dan utang luar negeri swasta dibandingkan dengan posisi pada
bulan sebelumnya,” kata Bank Indonesia.
Dijelaskan
Bank Indonesia, utang luar negeri pemerintah pada Agustus 2019 tumbuh 8,6%
(yoy) menjadi US$ 193,5 miliar , melambat dari Juli 2019 yang tumbuh 9,7%
(yoy). Selain tumbuh melambat, posisi utang luar negeri pemerintah itu
juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya
karena berkurangnya posisi Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki oleh
investor asing.
Sementara itu, posisi utang luar negeri swasta pada akhir Agustus
2019 tumbuh 9,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan
sebelumnya sebesar 12,6% (yoy). Pelunasan utang dagang korporasi bukan lembaga
keuangan mendorong penurunan posisi utang luar negeri swasta sebesar US$ 2,6
miliar menjadi US$ 197,2 miliar.
Menurut Bank Indonesia, struktur utang luar
negeri Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian
dalam pengelolaannya. Kondisi
tersebut tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) pada Agustus 2019 sebesar 36,1%, membaik
dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.
Selain
itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi oleh utang yang
berjangka panjang dengan pangsa 88,1% dari total utang luar negeri.
Dalam rangka menjaga struktur utang luar negeri tetap sehat, Bank Indonesia dan
pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan utang
tersebut, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
“Peran
utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan
pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas
perekonomian,” kata Bank Indonesia. (sr)