Kamis, 17 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian optimistis
pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap mencapai 5,1% pada 2019, meski Dana Moneter
Internasional (IMF) merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian
Iskandar Simorangkir mengatakan target tersebut akan tercapai jika Indonesia
bisa menjaga konsumsi domestik yang tidak bergantung pada kondisi global.
“Penurunan kita itu tidak signifikan, makanya saya termasuk yang yakin.
Sepanjang kita bisa mempertahankan domestic demand-nya, maka kita
paling apes skenario terburuk itu 5 persen, 5,1% itu optimistisnya,” katanya,
Rabu (16/10).
Menurutnya, pertumbuhan permintaan domestik selama ini masih menunjukkan tren
yang aman sebab berbagai permintaan dari ritel masih banyak yaitu ditunjukkan
oleh Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia senilai 49.
“Kan masih hampir di 50, kecuali sudah 48 itu sudah kontraksi,” ujarnya.
Iskandar menambahkan dalam upaya untuk semakin mendorong peningkatan ekonomi,
perbankan di Indonesia harus bisa menurunkan suku bunga kredit pada triwulan IV
2019 karena Bank Indonesia telah memangkas bunga acuan sebanyak tiga kali
selama tahun ini.
“BI kan sudah tiga kali menurunkan suku bunga, memang dampaknya belum full
karena belum semua bank menurunkan suku bunga kreditnya,” ujarnya.
Selain itu, adanya peluang peningkatan investasi setelah
diterapkannya aplikasi perizinan usaha (OSS), skema omnimbus law
untuk aturan perizinan usaha, dan fasilitas insentif pajak seperti tax
holiday juga akan semakin menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Iskandar menjelaskan hingga 2019 pemerintah telah menyetujui sebanyak 43
investor yang berinvestasi di berbagai sektor industri seperti nikel dan baja
untuk mendapatkan tax holiday.
Para investor tersebut berasal dari 11 negara yang mayoritas adalah Korea
Selatan dan China.
“Ini sangat mendukung investasi karena dari 43 investor itu jumlahnya
mencapai Rp 513 triliun, bayangkan. Itu tidak pernah ada sejarahnya, sejarahnya
dulu sebelumnya tax holiday itu 1, bahkan ada yang 0 realisasinya
dalam satu tahun,” ujarnya.
Ia pun menganggap laporan IMF yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia
sebesar lima persen pada tahun ini masih lebih baik dibandingkan beberapa
negara lain di Asia seperti India dan Singapura.
“Contoh di Singapura itu triwulan I sudah -0,1%. Triwulan II syukur naik lagi
0,1%. India yang tadinya 9% turun jadi 8%, lalu turun lagi menyamai kita
di kisaran 5%. Sedangkan kita penurunannya gak signifikan,” katanya.
Sebelumnya, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2019 menjadi 3% dalam laporan World Economic Outlook (WEO)
yang baru dirilis atau turun 0,2% dari perkiraannya pada Juli yang sebesar 3,2%.
(ki)