Bertemu Akademisi IPB, Menteri Edhy Dorong Pengembangan Kelautan dan Perikanan Berbasis IPTEK

Oleh rudya

Selasa, 12 November 2019

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Menyadari peran penting ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo bertemu dengan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Senin (11/11). Tak sendiri, dalam kesempatan itu Rektor IPB hadir bersama sederet civitas akademika seperti guru besar, dosen, peneliti, dan ahli-ahli di bidang kelautan dan perikanan. Sementara itu, Menteri Edhy didampingi sederet pejabat Eselon I KKP.

Pertemuan tersebut memang bertujuan untuk sharing knowledge dari akademisi terkait keilmuan dan inovasi teknologi yang dibutuhkan dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan.

Arif Satria menyebutkan, sejak 2015 hingga saat ini dunia telah memasuki era agro maritime 4.0 yang berbasis pada agropreneur dan self learning. Pengembangan di sektor ini memanfaatkan artificial intelligent/AI (kecerdasan buatan), drone, big data, digital, robotik, smart precision, smart fishing, dan sebagainya yang memiliki sifat realtime, presisi, dan multifungsi, serta kemampuan pemasaran secara langsung.

Arif juga mengatakan, semua teknologi tersebut berperan penting dalam pengelolaan kelautan dan perikanan, misalnya big data. “Kalau kita melakukan survei secara manual, korespoden kita terbatas. Untuk itu kita butuh big data. Kalau kita punya data yang kuat, sisi data yang luar biasa, saya pikir akan memudahkan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan,” tuturnya, dikutip laman Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Adapun menurutnya, pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan negara harus dilakukan secara presisi, akurat, tanpa limbah (zero waste), dan mengacu pada konsep blue economy. Selain itu, pemanfaatan teknologi dan informasi serta pendidikan inovatif perlu digalakan.

Tak lupa, Arif juga memperkenalkan beberapa inovasi teknologi yang dapat dimanfaatkan di sektor kelautan dan perikanan. Inovasi teknologi tersebut di antaranya drone permukaan laut, smart coastal management, alat pelacak kapal perikanan (TrekFish), pemantau ekosistem terumbu karang (underwater televisual system/UTS), sistem peringatan dini untuk masyarakat pesisir/nelayan terkait cuaca, AI untuk mengidentifikasi spesies dan kesehatan terumbu karang, atraktor cumi-cumi, rumpon portable, pertanian laut dan peternakan laut (sea farming and sea ranching), akuakultur cerdas dalam produksi belut, Swarm-Ship untuk pengawasan illegal fishing, dan sebagainya.

“Kita harus mendorong proses percepatan transformasi masyarakat perikanan kita menuju 4.0 secara adil karena mau tidak mau, kita akui bahwa pembudidaya ikan kita, nelayan kita sebagian masih menggunakan konsep lama,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia menilai socio-technopreneur yang menggabungkan konsep sociopreneur dan technopreneur perlu didorong. “Sociopreneur itu orang-orang yang mampu memanfaatkan inovasi untuk kebutuhan masyarakat. Sedangkan technopreneur itu orang-orang yang mampu membuat inovasi teknologi di bidang bisnis. Inovasi ini untuk pembudidaya ikan, nelayan, dan petani harus kita persiapkan dari sekarang. Kita harus persiapkan generasi milenial untuk menjadi pelaku-pelaku tangguh di bidang budidaya ikan maupun penangkapan,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) IPB, Prof. Tridoyo Kusumastanto mengatakan, pemerintah perlu memastikan setiap kebijakan yang diambil bermuara pada welfare (kesejahteraan) stakeholdernya. Selain itu, ia juga mendorong institusi pendidikan untuk turut serta turun ke masyarakat dan menawarkan kerja sama yang dapat membantu mengangkat kehidupan masyarakat pesisir sebagai bentuk pengabdian.

Menteri Edhy mengapresiasi sharing informasi, inovasi teknologi, dan masukan yang diberikan IPB. “Kami butuh masukan-masukan yang tidak hanya sekadar di permukaan, kami mau ini diteruskan lebih dalam dan lebih dalam lagi. Saya semakin yakin, saya semakin optimis dengan bapak-bapak dan ibu-ibu di belakang kami dapat memajukan sektor perikanan di laut maupun di darat,” ucapnya.

Menteri Edhy juga tertarik dengan konsep sea farming dan sea ranching yang diperkenalkan IPB. Untuk itu, ia meminta masukan program seperti apa yang bisa dikembangkan terhadap konsep ini karena konsep ini sangat dekat dengan nelayan dan pembudidaya ikan.

Menteri Edhy juga menggali masukan dari para ahli dan akademisi terkait beberapa kebijakan yang masih menimbulkan polemik. Sebut saja persoalan pengaturan alat tangkap, budidaya yang diperbolehkan dan dilarang, pembagian wilayah tangkapan, dan sebagainya.

“Kita tidak bisa pungkiri, ada beberapa Permen yang kita temukan di lapangan yang juga akhirnya menjadi kendala buat pelaku usaha. Kita mau perbaiki ini dengan good way dan pengkajian yang matang. Kami harap bapak dan ibu dapat memberi masukan terhadap penyempurnaan Permen-permen tersebut,” lanjutnya.

Tak kalah penting, semua stakeholder perikanan terkait juga akan dilibatkan dalam penyusunan regulasi kebijakan. “Begitu draf (Permen) sudah jadi, kita akan tawarkan, grafiknya seperti ini, kira-kira bagaimana? Begitu sudah ada feedback, akan terlihat suara paling banyak. Bagaimana pun tentunya kebijakan tidak ada yang bisa memuaskan 100% orang, tapi kita harus membaca dari mayoritas. Saya yakin kalau sudah terbuka begini, semua akan sepakat untuk menjalankannya.”

Dalam konteks SDM, Menteri Edhy menginginkan regenerasi profesi pelaku utama sektor kelautan dan perikanan dari orang tua kepada anak-anaknya atau generasi muda. Pasalnya, selama ini sebagian besar generasi muda enggan untuk menjadi nelayan, pembudidaya ikan, petambak garam, dan sebagainya karena beranggapan pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang menguntungkan. (dya)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment