Senin, 18 November 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita terus berupaya
memaksimalkan kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto
(PDB), yang pada kuartal II 2019 mencapai sebesar 19,52% PDB.
“Kami akan terus maksimalkan hingga lima tahun mendatang, karena memang
manufaktur yang berkontribusi besar terhadap PDB,” kata Menperin di Tokyo,
Jepang, Minggu (17/11).
Menperin Agus mengungkapkan industri manufaktur masih menjadi kontributor
paling besar terhadap nilai ekspor nasional.
Pada periode Oktober 2019, industri pengolahan mencatat nilai ekspor sebesar
US$ 11,34 miliar atau menyumbang 75,95% dari total ekspor nasional yang menembus
hingga US$ 14,93 miliar.
“Sudah banyak produk manufaktur kita yang kompetitif di kancah global. Oleh
karena itu, Kemenperin dan Kementerian Perdagangan akan terus berkoordinasi
untuk memfasilitasi akses dan kemudahan bagi pelaku industri kita supaya bisa
memperluas pasar ekspor,” tuturnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada
Oktober 2019 mengalami surplus sebesar US$ 161 juta. Surplus tersebut karena
nilai ekspor mencapai US$ 14,93 miliar dan impor US$ 14,77 miliar.
Sementara itu, ekspor nonmigas menyumbang hingga 93,8% dari total ekspor
nasional pada bulan ke-10 tahun ini, dan sektor nonmigas mencatatkan surplus
sebesar US$ 990,5 juta.
Berikutnya, sepanjang Januari-Oktober 2019, nilai ekspor dari produk industri
pengolahan menembus hingga US$ 105,1 miliar atau menyumbang 75,56% dari total
ekspor nasional yang mencapai US$ 139,1 miliar.
Sedangkan, ekspor nonmigas berkontribusi sebesar 92,56% terhadap total ekspor
nasional pada Januari-Oktober 2019.
Adapun 10 produk yang berperan besar terhadap capaian nilai ekspor
pada periode yang sama tersebut, yakni bahan bakar mineral; lemak dan
minyak hewan/nabati; mesin/peralatan listrik; kendaraan dan bagiannya; serta
besi dan baja.
Selanjutnya, perhiasan/permata; karet dan barang dari karet;
mesin-mesin/pesawat mekanik; serta pakaian jadi bukan rajutan, serta
kertas/karton.
Terkait tujuan utama ekspor Indonesia, Tiongkok tetap sebagai negara yang
terbesar nilainya, yaitu mencapai US$ 21,12 miliar (16,4%), diikuti Amerika Serikat US$ 14,53
miliar (11,29), dan Jepang US$ 11,47 miliar (8,91%).
“Pemerintah terus berupaya memperluas akses pasar ekspor untuk industri
manufaktur. Misalnya, kita perluas pasar ekspor ke negara-negara nontradisional
seperti di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika,” sebut Menperin. (ki)