Kamis, 21 November 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Bank Indonesia diperkirakan akan menghentikan penurunan suku
bunga acuan di Rapat Dewan Gubernur November 2019, untuk mengantisipasi
turunnya daya tarik instrumen keuangan dalam negeri, yang juga dapat memicu
pelebaran defisit transaksi berjalan.
Ekonom PT Bank Danamon Tbk Dian Ayu Yustina mengatakan, BI akan mempertahankan
suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate di 5% hingga akhir 2019. Hal itu agar selisih suku
bunga antara Indonesia dengan negara ekonomi maju (differential interest
rate) tidak menjadi semakin sempit.
“Jika selisih suku bunga antara Indonesia dengan negara maju semakin sempit,
dikhawatirkan investor akan lebih memilih menanam modalnya di negara maju
seperti Amerika Serikat,” kata Dian Ayu, Rabu (20/11)
Jika terjadi arus modal keluar dari Indonesia, maka defisit neraca transaksi
berjalan dan neraca pembayaran berisiko melebar.
BI menargetkan defisit neraca transaksi berjalan terkendali di kisaran 2,5%-3% Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2019 ini.
“BI juga memperhatikan bahwa The Fed (Bank Sentral AS) akan menahan penurunan
suku bunga acuan tahun ini, kami lihat BI akan hold hingga akhir
tahun,” ujar Dian.
Dari faktor ekonomi domestik, lanjut Dian, sebenarnya BI berpeluang untuk
kembali menurunkan suku bunga acuan di November 2019 ini. Pasalnya, laju
inflasi semakin terkendali di bawah 3,5% dan pertumbuhan ekonomi domestik yang masih
prospektif ditopang konsumsi rumah tangga.
Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo harus memperhatikan stabilitas eksternal dari
indikator defisit transaksi berjalan dan kondisi Neraca Pembayaran Indonesia.
Adapun, sepanjang tahun ini, Otoritas Moneter sudah empat bulan beruntun sejak
Juli 2019 menurunkan suku bunga acuan sebesar total satu persen menjadi kini
lima persen. Hal ini menjadi penurunan paling agresif yang dilakukan BI sejak
2016.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI edisi November akan berlangsung Rabu ini hingga
Kamis (21/11).
Alasan BI menurunkan suku bunga acuan hingga empat kali beruntun adalah untuk
memberikan stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi.
BI ingin meningkatkan permintaan domestik sejalan dengan upaya memulihkan
pasokan likudiitas untuk menggairahkan kegiatan ekonomi.
Bank Sentral memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini di bawah
titik tengah rentang sasaran 5,0%-5,4% (year on year/yoy). (ki)