Senin, 2 Desember 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Indonesia memerlukan bahan baku plastik untuk produksi
sebanyak 7,2 juta ton per tahun sebagai kebutuhan bahan baku industri daur
ulang plastik.
Koordinator Komunitas Plastik untuk Kebaikan Eni Saeni di Jakarta, Minggu
(1/11), menyebutkan kebutuhan baku industri daur ulang plastik sebanyak 913
ribu ton dipenuhi dari dalam negeri, sedangkan 320 ribu ton dari negara lain.
Adapun kebutuhan nasional, Indonesia 7,2 juta ton pertahun.
“Sampah botol kemasan memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki
permintaan yang kuat dari industri daur ulang plastik,” kata Eni.
Sebanyak 2,3 juta ton bahan baku berupa virgin plastik lokal disuplai oleh
industri Petrokimia di dalam negeri seperti PT Lotte Chemical dan PT Chandra
Asri Petrochemical.
Baca juga:
“Selama ini, kebutuhan industri yang tinggi baru pada plastik jenis PET
(Polyethylene Terephthalate) yang bisa didaur ulang kembali menjadi plastik,”
kata Eni.
Melihat kebutuhan industri yang tinggi terhadap sampah botol PET, maka
komunitas mengajak dan mengedukasi masyarakat untuk mulai memilah sampah
plastik dari rumah.
Sampah-sampah tersebut dapat ditukarkan dengan sembako melalui mobil edukasi
pilah sampah yang akan berkeliling ke rumah-rumah warga.
Untuk tahap awal, mobil sembako keliling akan beroperasi di wilayah Tangerang
Selatan. Selanjutnya mobil edukasi pilah sampah plastik akan berkeliling,
mendatangi rumah warga di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Bogor.
Mobil keliling beroperasi setiap Jumat dan Sabtu pagi. Untuk jadwalnya operasi
akan diberitahukan melalui akun medsos komunitas Plastik untuk Kebaikan. “Jadi
follow akun medsos kami untuk mengikuti jadwal mobil keliling melalui:
https://www.facebook.com, https://twitter.com/PlastikKebaikan,
https://www.instagram.com, https://www.youtube.com/channel,” katanya.
Melalui kegiatan ini, komunitas berharap, produsen dapat berkontribusi terhadap
masalah sosial dan lingkungan yang ditimbulkan akibat produk yang telah menjadi
sampah.
Salah satu caranya adalah dengan membangun demand terhadap sampah kemasan
sehingga menumbuhkan pasar plastik bekas nonbotol seperti sachet dan
plastik-plastik kemasan lain.
Apa yang dilakukan komunitas ini adalah bagian kecil untuk menumbuhkan
kesadaran masyarakat dan membudayakan tata kelola sampah mulai dari rumah. Jika
sebelumnya, masyarakat hanya mengenal sampah dibuang ke TPS lalu diangkut ke
TPA, ke depan persoalan sampah selesai di rumah dengan cara dipilah. Sampah botol
plastik atau kertas dapat dijual, sedangkan sampah organik bisa dibuat pupuk.
“Paradigma baru yang harus dibangun adalah pilah, kumpulkan, jual, atau
tukarkan, sedekahkan sampah plastik ke pemulung. Dengan melakukan tindakan
kecil ini, kita telah ikut serta menyelamatkan bumi dari pencemaran
lingkungan,” ujar Eni.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah Toto Sudarto mengapresiasi
gerakan ini karena mengajak masyarakat untuk menyelesaikan persoalan sampah
dari rumah memilah sampah botol plastik dan menukarkan sampah tersebut dengan
sembako.
“Mari kita mulai dari unit terkecil yaitu memilah sampah plastik, sampah
botol plastik dan sampah organik dari rumah. Jangan campur sampah karena sampah
yang dicampur tidak ada harganya. Kalau sampah yang dipilah bisa ditukar
sembako,” kata Toto.
Sebanyak 200 orang terlibat dalam kegiatan itu adalah relawan yang tergabung
dalam Komunikas Plastik untuk Kebaikan bersama beberapa komunitas seperti,
Gintung Lake Community, Gempita (Gerakan Pecinta Alam Semesta), KSE (Karya
Salemba Empat), K3SI (Komunitas Sharing Seputar Sampah Indonesia), POSBINDU
(Pos Pelayanan Terpadu untuk Lansia, dan Gila Bike dan masyarakat setempat.
Masyarakat juga antusias menukarkan sampah botol plastik ke mobil Edukasi Pilah
Sampah Plastik dengan sembako. Komunitas berhasil mengumpulkan satu mobil colt
yang akan dijual ke pengepul.
“Uang hasil penjualan sampah botol plastik akan dibelikan sembako agar
kegiatan ini bisa terus berlangsung. Mari pilah sampah plastik kita karena
memiliki nilai ekonomi,” kata Eni. (ki)