Kamis, 5 Desember 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut
Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa sumber energi hijau yang ramah lingkungan
yang melimpah di Indonesia dapat membantu memperbaiki neraca transaksi berjalan
yang saat ini mengalami defisit.
“Selama bertahun-tahun kami baru menyadari potensi energi ramah lingkungan
ini. Jika ini bisa kami kelola, tentunya bisa dapat menekan neraca transaksi
Indonesia. Perang dagang yang terjadi membuat kami sadar akan potensi
ini,” katanya, Kamis (5/12).
Luhut menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara pada Forum Bloomberg New
Energy Finance yang berlangsung di Shanghai, China, Rabu (4/12).
Luhut menyebut secara total Indonesia memiliki total potensi energi hijau
hingga 443.208 MW, yang terdiri atas berbagai jenis mulai dari tenaga air,
angin, biomassa dan lainnya. Potensi energi dari air, misalnya di Papua saja
mencapai 22 ribu MW dan di Kalimantan mencapai 11 ribu MW.
Menurut dia, dengan mengolah energi yang ramah lingkungan dan lebih murah ini,
diharapkan bisa mengurangi ketergantungan pada impor BBM, yang merupakan salah
satu faktor utama defisit pada neraca perdagangan.
“Kami berharap masyarakat semakin memanfaatkan potensi-potensi tersebut.
Pengembangan energi terbarukan ini bisa didorong oleh semakin murahnya
teknologi baterai litium,” katanya.
Luhut mengungkapkan sudah melakukan dua kali pertemuan dengan Governor
Directors and Corporate Auditors Japan Bank of International Cooperation (JBIC)
Tadashi Maeda untuk membicarakan kemungkinan kerja sama pembiayaan di bidang
energi ramah lingkungan.
Dalam rangka mengembangkan potensi-potensi energi ramah lingkungan ini, di
sela-sela Forum Bloomberg New Energy Finance tersebut, Luhut juga menerima
Yashushi Fukuzumi, Vice President Mitsubishi Heavy Industries. Pertemuan
tersebut membicarakan potensi pengembangan energi matahari di Indonesia. (ki)