Jumat, 20 Desember 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis
pertumbuhan kredit pada 2020 bisa mencapai 10%-12% atau lebih tinggi dari capaian 2019 yang
diperkirakan sekitar 8%.
“Pertumbuhan kredit akan lebih tinggi karena permintaan akan
meningkat,” kata Perry di Jakarta, Kamis (19/12).
Perry mengatakan permintaan akan meningkat karena kegiatan perekonomian
diperkirakan akan pulih pada 2020 seiring dengan membaiknya kondisi global.
“Pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi, karena kondisi global membaik dan
ekspor meningkat. Selain itu konsumsi juga bagus dan investasi naik karena adanya
transformasi ekonomi dan kebijakan akomodatif,” ujarnya.
Ia menambahkan peningkatan kredit ini juga didukung oleh penurunan suku bunga
acuan sebanyak empat kali pada 2019, membaiknya likuiditas, serta kebijakan
makroprudensial.
“Faktor lainnya juga karena bank yang siap menyalurkan kredit tahun
depan,” kata Perry.
Untuk 2019, ia mengakui pertumbuhan kredit hanya berada pada kisaran delapan
persen pada akhir tahun karena siklus keuangan yang melambat dan permintaan
dunia usaha yang melemah.
“Permintaan kredit sekarang masih menunjukkan siklus keuangan masih di
bawah optimal dengan permintaan dunia usaha yang belum kuat, meski ada dukungan
dari sisi supply karena turunnya suku bunga,” ujarnya.
BI mencatat pertumbuhan kredit pada Oktober 2019 sebesar 6,53% atau melambat
dari periode September sebesar 7,89% karena permintaan kredit korporasi yang belum
kuat.
Dalam kesempatan ini, Perry juga mengatakan kredit bermasalah (NPL) hingga
Oktober 2019 telah mencapai 2,73% (gross) dan 1,25% (net).
“Pertumbuhan gross meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang belum
kuat, tapi dengan net yang tetap rendah, dipastikan bank sudah membentuk
cadangan yang cukup untuk risiko kredit bermasalah,” ujarnya.
Perry memastikan BI akan tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang
akomodatif dan memperkuat koordinasi agar stabilitas sistem keuangan dan fungsi
intermediasi perbankan tetap terjaga. (ki)