Selasa, 14 Januari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Pabrik peleburan atau smelter mineral di
Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar), yang dibangun konsorsium
Indonesia-China ditargetkan menghasilkan satu juta ton alumina per tahun.
PT Borneo Alumina Indonesia bersama konsorsium dari PT Pembangunan Perumahan
Tbk dan China Aluminium International Engineering Corporation Limited
(Chalieco) telah menandatangani kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi
(EPC) smelter alumina senilai US$ 695 juta di Kedutaan Besar RI Beijing, China, Sabtu
(11/1/2020).
“Ini merupakan kontrak kerja sama ekonomi Indonesia-China yang pertama
kali ditandatangani pada 2020,” kata Konselor KBRI Beijing Victor S
Hardjono, Senin (13/1).
Menurut rencana, konstruksi pabrik tersebut bakal rampung pada 2022.
Selama ini, Indonesia masih bergantung pada smelter di luar negeri
dengan mengekspor bijih bauksit lalu mengimpor alumina untuk diolah menjadi
aluminium guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Hal ini menjadi beban biaya produksi bagi Indonesia dan rentan terhadap
perubahan harga komoditas karena mengekspor bahan mentah,” ujar Victor
yang mewakili KBRI menyaksikan penandatanganan EPC seraya berharap pabrik itu
bisa meningkatkan nilai tambah bagi Indonesia, sehingga dapat menekan defisit
neraca perdagangan yang kian melebar.
BAI merupakan anak perusahaan dari PT Inalum (Persero) dan PT
Antam Tbk, sedangkan PT Pembangunan Perumahan (Persero) merupakan BUMN
yang bergerak dalam proyek infrastruktur.
Antam akan memasok bijih bauksit pada BAI untuk kemudian diolah di smelter menjadi
alumina yang akan dijual kepada Inalum. (sr)