Selasa, 28 Januari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan terdapat
dua faktor sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020, yaitu
investasi non bangunan dan ekspor yang diprediksikan akan mengalami kenaikan
untuk tahun ini.
Perry mengatakan Bank Indonesia telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada 2020 akan berada di kisaran 5,1% sampai 5,5% namun lebih
mengarah di level 5,3%.
“Untuk 2020 kita di 5,1% sampai 5,5% tapi mungkin mengarah ke 5,3% terutama
didorong oleh investasi khususnya non bangunan lalu ekspor,” katanya, Senin
(27/1).
Perry menuturkan konsumsi rumah tangga tetap akan menjadi salah satu faktor
pendorong pertumbuhan ekonomi RI 2020 namun bukan merupakan yang utama seperti
pada 2019 karena beberapa momen istimewa telah terlewat.
“Tahun ini memang lebih rendah (konsumsi rumah tangga) karena Pemilunya hanya
tahun lalu jadi pola pertumbuhan 2020 didorong oleh investasi non bangunan dan
ekspor,” ujarnya.
Ia menyatakan investasi untuk tahun ini akan mengalami kenaikan, yaitu antara
5,4% hingga 5,8%, begitu juga dengan
ekspor yang akan mengalami peningkatan di kisaran 2,3% sampai 2,7%.
Perry menjelaskan pertumbuhan ekspor tersebut dilandasi oleh beberapa faktor
seperti pertumbuhan ekonomi dunia yang diproyeksikan meningkat pada 2020 di
level 3,2% sehingga dapat menjadi faktor pendorong ekspor.
“Pertumbuhan ekonomi dunia 2018 itu 3,6%, langsung anjlok di 2019 perkiraan
kami 2,9% karena itu ekspor kita turun. Tapi 2020 kami perkirakan pertumbuhan
ekonomi dunia 3,2% sehingga bisa mendorong ekspor kita,” jelasnya.
Faktor berikutnya adalah terkait volume perdagangan global yang akan membaik
pada 2020, yaitu 0,3% setelah pada 2019 mengalami penurunan hingga -0,2%,
padahal untuk 2018 mengalami peningkatan hingga 3,4%.
“Di bawah volume perdagangan dunia di 2018 3,4% dan 2019 perkiraan di bulan November turun
atau -0,2% tapi 2020 akan membaik 0,3%,” ujarnya.
Selain itu, harga komoditas yang untuk 2020 akan diproyeksikan tumbuh sebesar
2,1% setelah mengalami negatif 3% pada 2019 turut menjadi faktor pendorong
perbaikan ekspor tanah air.
“Memang yang terbesar adalah palm oil, yaitu sekitar 17% perkiraan kami, kemudian nikel kenaikannya
kurang lebih sekitar 12%,” katanya.
Perry menuturkan meskipun harga komoditas lain akan mengalami penurunan namun
tidak setajam pada 2019 sehingga masih tetap mampu mendorong pertumbuhan ekspor
pada 2020.
“Setidaknya ada perbaikan di harga komoditas jadi pertumbuhan yang lebih
tinggi, harga komoditas lebih baik, dan volume perdagangan yang naik akan
mendorong pertumbuhan ekonomi kita dari sisi ekspor,” katanya. (ki)