Senin, 3 Februari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Pemerintah pusat diharapkan dapat mengarahkan berbagai
kegiatan wisata MICE (pertemuan, insentif, konvensi dan pameran) ke Pulau
Dewata, sebagai salah satu strategi menghadapi dampak menurun drastisnya
kunjungan wisatawan China karena wabah virus corona.
“Perbulan itu ada sekitar 100 ribu (wisatawan China-red) yang datang, per
harinya ada yang datang 15 ribu, kalau setengahnya saja hilang (tidak
berwisata-red), sudah lumayan potensi ‘market’ yang hilang,” kata Wakil
Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Sabtu (1/2).
Hingga sejauh ini pihaknya memang belum mendengar sampai ada hotel yang
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), tetapi ada hotel-hotel yang harus
mengambil kebijakan memperpanjang masa libur karyawan karena penurunan jumlah
wisatawan yang menginap.
“Di Bali sistemnya pariwisatanya sudah terbentuk. Ketika ada satu yang
bermasalah, maka akan mengganggu mata rantai yang lainnya,” ucapnya yang
juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali itu.
Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan pemerintah pusat dapat mendukung
menggairahkan pariwisata Bali dengan memindahkan pelaksanaan MICE ke Pulau
Dewata. Dalam beberapa tahun terakhir, wisatawan China selalu menempati
peringkat pertama tingkat kunjungan ke Bali.
Di sisi lain, Cok Ace mengimbau pengusaha hotel di Bali untuk merujuk keputusan
pemerintah mengenai wisatawan dari Negeri Tirai Bambu itu.
“Sementara pemerintah pusat belum melarang wisatawan China. ya jadi kita
terima karena proses di airport sudah berjalan. Jika ada risih di hotel silakan
manajemen yang mengatur di sana,” kata tokoh penglingsir Puri Ubud,
Gianyar itu.
Cok Ace juga menanggapi soal rencana pemulangan WNI dari China. Bagi warga Bali
yang sebelumnya bekerja di China dan akan dipulangkan ke Bali, nantinya akan
menjalani mekanisme yang sama dengan warga dari daerah lainnya.
“Nanti mereka akan diawasi selama dua minggu. Jangan sampai jika ada yang
tertular di sana (China), lalu berakibat pada warga Bali lainnya,”
ucapnya.
Orang nomor dua di Bali itu mengemukakan, ada tiga RS pemerintah di Bali yang
dijadikan rujukan untuk menangani pasien yang diduga tertular virus corona
yakni RSUP Sanglah, BRSU Tabanan dan RSUD Sanjiwani Gianyar.
Mengenai mekanisme isolasinya, lanjut Cok Ace, mengacu pada standar-standar
yang telah ditentukan. “Dulu pernah ada kasus SARS, jadi persoalan seperti
ini sudah pernah kita rasakan di Bali,” ujarnya. (sr)