Senin, 10 Februari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Teknologi energi baru dan terbarukan (EBT), berupa
penggabungan panel surya dan power storage system (baterai penyimpan
energi skala besar) yang disebut powerwall karya anak bangsa mulai
diterapkan di Indonesia demi mendukung program pemerintah mengurangi pemakaian
bahan bakar fosil yang menyebabkan polusi udara.
Teknologi baterai berkapasitas penyimpanan 8 KWh ini sejatinya telah
diluncurkan Baran Energy pada pertengahan tahun lalu, namun baru bisa
diterapkan secara sempurna setelah beberapa kali melalui uji coba hingga
dipastikan layak digunakan.
Victor Wirawan selaku CEO (Chief Executive Officer) sekaligus
pendiri Baran Energy mengungkapkan, teknologi sudah bisa digunakan
masyarakat umum. “Saya bersama anak – anak milenial Indonesia saat ini telah
melakukan pemasangan teknologi energi terbarukan ini di sebuah kawasan resor di
daerah Ciawi, Bogor, “ katanya, Sabtu (8/2).
Berkat teknologi ini, masyarakat bisa menghemat empat kali lipat bila dibanding
listrik konvensional.
“Kami berharap, teknologi bisa menjadi sebuah terobosan di tengah semakin
merosotnya cadangan energi fosil di dunia,” papar Victor, saat acara open
house di sebuah resor swa energi di Ciawi, Bogor, dimana teknologi
Baran terpasang.
Lebih lanjut Victor menjelaskan, cara kerja teknologi Baran Energy cukup
sederhana, yakni cahaya matahari dikonversi menjadi energi listrik oleh panel
surya yang terpasang di atap bangunan, setelah itu dari panel surya energi
listrik disalurkan ke peralatan rumah tangga, seperti lampu, kulkas, mesin air,
AC, kipas angin dan lain-lain.
Sementara kelebihan energinya secara otomatis disalurkan ke penampung, berupa
baterai (power storage system) untuk bisa dimanfaakan pada malam hari,
atau saat kekurangan pasokan listrik.
Teknologi ini bisa digunakan, khususnya untuk rumah tinggal, tempat usaha,
industri menengah, kafe, perkantoran, dan lainnya. Namun, kedepannya Baran
Energy juga tengah mengembangkan power storage yang bisa digunakan untuk
industri skala besar dengan daya tampung mencapai satu mega what-hour.
Victor mengungkapkan, teknologi ini selain bisa dimanfaatkan untuk
wilayah-wilayah yang terisolisolir yang tidak bisa dijangkau oleh PLN, juga
bisa dimanfaatkan bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan energi listrik dari
cahaya matahari secara gratis yang tersedia sepanjang tahun.
“Namun, kami pastikan, teknologi Baran Energy ini akan menjadi gaya hidup
masyarakat Indonesia dalam waktu dekat. Pemakaian juga dipastikan juga akan
sangat masif,” ucap pria yang sudah dua tahun melakukan pengembangan dan
penyempurnaan teknologi ini.
Victor menjelaskan, pengembangan teknologi ini sangat selaras dengan program
pemerintah Indonesia ini menargetkan penggunaan energi terbarukan sebanyak
25% pada 2025, tapi saat ini baru 11% yang baru berjalan, maka dari itu Baran
Energy lahir untuk mempercepat serta membantu masyarakat Indonesia dalam energi
terbarukan sebagai salah satu alternatif penggunaan listrik dengan melalui
inovasinya.
Dalam pengembangan dan penerapan teknologi ini, Baran Energy bekerja sama
dengan sejumlah pengembang nasional, yang sedang mengembangkan kawasan properti
swa energi. (ki)