Kamis, 26 Maret 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Asosiasi Perusahaan Perusahaan Penerbangan Nasional
Indonesia (Inaca) menyatakan bahwa industri penerbangan mengharapkan keringanan
serta insentif dari pemerintah, sebab penerbangan menjadi lesu sejak diserang
wabah Virus Corona baru atau COVID-19.
Ketua Umum Inaca Denon Prawiratmadja, Kamis (26/3), sejak Maret 2020 terjadi
penurunan jumlah penumpang yang sangat drastis akibat penyebaran COVID-19 ke
seluruh wilayah Indonesia.
Semua maskapai penerbangan, lanjut dia, sudah mengurangi jumlah penerbangan
baik rute dan frekuensinya sampai dengan 50% atau lebih.
“Diramalkan apabila penuntasan pandemi COVID-19 semakin tidak pasti, hal ini
akan membuat industri penerbangan semakin terpuruk bahkan sebagian akan tidak
beroperasi karena bangkrut,” kata Denon.
Untuk mengurangi kerugian yang derita, kata dia, beberapa waktu belakangan ini
sejumlah maskapai penerbangan telah melakukan langkah antisipasi, di antaranya
dengan memilih opsi tutup operasi dan merumahkan atau melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) karyawannya baik bagi pilot, awak kabin, teknisi, dan
karyawan pendukung lainnya.
Diakui oleh Denon, untuk menyelamatkan industri penerbangan agar tetap eksis,
baik saat ini maupun saat pemulihan nanti apabila pandemi COVID-19 berakhir,
maka Inaca saat ini sudah dan akan meminta sejumlah keringanan maupun insentif
kepada Pemerintah.
“Yang kami harapkan adalah penundaan pembayaran PPh, penangguhan bea masuk
impor suku cadang, penangguhan biaya bandara dan navigasi yang dikelola BUMN,
pemberlakuan diskon biaya bandara yang dikelola Kementerian Perhubungan, dan
perpanjangan jangka waktu berlakunya pelatihan simulator maupun pemeriksaan
kesehatan bagi awak pesawat,” katanya.
Meskipun Denon menyadari bahwa wabah COVID-19 ini melumpuhkan hampir semua
aktivitas ekonomi, namun industri penerbangan nasional sangat terpuruk dan jika
tidak ada respons positif dari pemerintah yang cepat, maka dipastikan akan
terjadi tindakan perumahan maupun PHK karyawan sebagai upaya penyelamatan.
“Dampaknya bukan hanya di industri penerbangan itu sendiri, tapi juga
untuk industri pendukungnya baik hilir maupun hulu seperti bengkel pesawat, ground
handling, dan agen perjalanan yang terlibat,” katanya. (ki)