Selasa, 12 Mei 2020
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM-Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memperkuat penyediaan listrik dari sumber energi terbarukan dengan berkolaborasi bersama International Energy Agency (IEA), badan energi internasional.
“Hal ini sebagai rangkaian kolaborasi kedua belah pihak dalam kajian mengenai ‘Renewable Energy Investment and Integration in The Power Sector’,” ungkap Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi Triharyo Indrawan Soesilo di Jakarta, Selasa (12/5).
Menurut dia, pembahasan paralel melalui konferensi video telah menghasilkan dukungan IEA bagi integrasi PLTS Cirata 140 MW ke grid PLN.
“Selain itu, juga rencana masukan IEA untuk pengembangan smart grid di Pulau Jawa,” ujarnya.
Ia menjelaskan kolaborasi ini bentuk tindak lanjut diskusi Menteri ESDM Arifin Tasrif dengan Direktur IEA Fatih Birol, khususnya pembicaraan pada acara Ministerial Roundtable International Energy Agency (IEA) on Economic Recovery Packages with a Focus on Energy Efficiency and Renewable Energy pada 24 April 2020 lalu.
Pada kesempatan berbeda, berdasarkan riset terbaru Oxford Review of Economic Policy, investasi energi baru terbarukan (EBT) dapat menjadi salah satu faktor kuat untuk memulihkan perekonomian pascapandemi COVID-19.
Setidaknya, berdasarkan hasil riset, ada lima tipe kebijakan pemulihan yang paling dibutuhkan, yaitu investasi kesehatan, kesiapsiagaan bencana, belanja riset, pemberian dana talangan untuk organisasi non-profit, dan investasi infrastruktur energi bersih.
“Pengurangan emisi akibat COVID-19 hanya sementara. Laporan ini menunjukkan bahwa kita dapat memilih untuk membangun kembali dengan lebih baik dan menjaga agar tetap ada perbaikan, seperti udara yang lebih bersih, kedekatan kembali dengan alam, dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” kata penulis utama riset sekaligus Direktur Smith School of Enterprise and Environment Universitas Oxford Cameron Hepburn.
Kombinasi hasil survei dan bukti literatur mengungkapkan bahwa ada sejumlah tipe kebijakan pemulihan fiskal yang dapat menawarkan perbaikan ekonomi sekaligus berdampak positif bagi iklim, di antaranya investasi infrastruktur dalam bentuk aset EBT dan pengembangan teknologi penyimpanan energi (termasuk hidrogen).
Laporan ini selaras dengan berbagai penelitian sebelumnya yang juga menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur energi bersih cenderung lebih padat karya, sehingga akan menciptakan lapangan pekerjaan dua kali lebih banyak dibandingkan investasi bahan bakar fosil. (sr)