Tingkatkan Ekspor Lada, Kemendag Gandeng Bangka Belitung Perkuat Ekspor Lada Putih Muntok ke Pasar Global

Oleh rudya

Kamis, 25 Juni 2020

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM –



Jakarta, 25 Juni 2020 – Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan
Ekspor Nasional (Ditjen PEN) menggandeng Provinsi Bangka Belitung (Babel) untuk memperkuat
ekspor lada putih muntok ke pasar global. Apalagi dengan sertifikat indikasi geografis (IG) yang
dimiliki, memberikan nilai tersendiri bagi lada putih muntok Bangka Belitung.

Direktur Jenderal PEN Kasan Muhri memaparkan sejumlah strategi yang siap dilakukan
Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan ekspor lada putih muntok. Strategi tersebut
disampaikan dalam seminar web (webinar) bertema ‘Strategi Diversifikasi dan Adaptasi Lada
Bangka Belitung di Pasar Global’ pada Rabu (24/6).

“Untuk meningkatkan ekspor lada di pasar domestik dan internasional, Kemendag bersama Babel
akan melakukan diversifikasi produk dan pengembangan pasar ekspor. Diversifikasi produk
bertujuan agar kita dapat mengekspor lada olahan bernilai tambah, bukan hanya dalam bentuk
mentah. Dengan demikian, nilai tambah hasil pengolahan lada akan dinikmati Indonesia, bukan
negara lain,” jelas Kasan.

Upaya lainnya, lanjut Kasan, Kemendag akan meningkatkan harga lada di tingkat petani untuk
meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satunya, dengan memanfaatkan sistem resi gudang
(SRG) yang dikelola Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Kemendag.

“Para petani dapat mengoptimalkan penggunaan SRG untuk menjaga kualitas dan kuantitas
produk yang disimpan. Produk yang terjamin dengan baik akan membuat harga jual tetap
optimal. Selain itu, Kemendag juga akan berupaya meningkatkan harga lada di tingkat petani di
sidang Organisasi Lada Internasional (International Pepper Community),” imbuhnya.

Direktur Pengembangan Produk Ekspor Olvy Andrianita menyampaikan, untuk meningkatkan
pasar lada di dunia, khususnya selama pandemi Covid-19, eksportir Indonesia bersama
pemerintah harus bisa menjaga produksi dari hulu ke hilir sesuai dengan keamanan makanan
(food safety) yang dipersyaratkan negara tujuan ekspor.

“Kita juga harus mengedepankan protokol kesehatan, sehingga jika ada pedagang atau petani yang terindikasi Covid-19, dapat segera dievakuasi atau dikarantina mandiri agar tidak mengganggu proses produksi,” ujar Olvy.

Meskipun terjadi penurunan permintaan lada dunia di tengah pandemi Covid-19 akibat
pemberlakuan karantina wilayah (lockdown) di dunia, Olvy tetap optimistis terhadap peningkatan
permintaan rempah-rempah, termasuk lada di pasar global. “Rempah-rempah, termasuk lada,
masih akan dibutuhkan di masa pandemi Covid-19 sebagai asupan makanan bergizi untuk
menjaga imunitas tubuh,” jelas Olvy.

Olvy juga menjelaskan, Kemendag akan meningkatkan penguatan jejaring perwakilan perdagangan
di luar negeri dengan mencari buyers dan membuat intelijen pasar (market intelligence) melalui
kekuatan pemasaran (marketing power). Para perwakilan perdagangan juga dapat meningkatkan
citra (branding) produk lada Indonesia saat melakukan promosi di pasar global. Untuk
meningkatkan daya saing lada, promosi bisa dilakukan dengan mengedepankan sertifikat indikasi
geografis, sertifikat organik, dan sertifikat halal ke negara tujuan ekspor.

“Strategi diversifikasi dan adaptasi untuk produk lada tersebut perlu terus dikembangkan sebagai
upaya peningkatan nilai daya saing ekspor, termasuk pengembangan merek lokal yang mendunia,
serta perlu penanganan yang cepat sertifikasi produk seperti halal, organik, praktik manufaktur
(good manufacturing practice), sanitari dan fitosanitari (sanitary and phytosanitary), termasuk
sertifikasi IG,” pungkas Olvy.

Saat webinar berlangsung, Kasan juga menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU)
antara Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman dengan Indonesia in Your Hand untuk
meningkatkan ekspor lada putih muntok di pasar internasional, khususnya di Eropa dan Australia.

“Melalui kerja sama ini, kami berharap akan mendapatkan dukungan pemerintah pusat dalam
melakukan ekspansi pasar lada dan meningkatkan harga lada di tingkat petani Babel,” tambah
Erzaldi.

Lada putih muntok Babel telah memiliki sertifikasi IG dari Kemenkumham RI. Keunikan lada putih
muntok yaitu memiliki cita rasa rempah dengan tingkat kepedasan yang tinggi (5–7 persen).
Pertumbuhan ekspor lada pada kuartal I tahun 2020 menurun sebesar 0,36%.

Periode tahun 2019, tercatat lima negara eksportir lada terbesar di dunia secara berurut yaitu Vietnam sebesar USD 502,66 juta (pangsa pasar 37,50 persen), Brasil USD 178,62 juta (13,33 persen), Indonesia USD 116,08 juta (8,66 persen), India USD 79,89 juta (5,96 persen), serta Jerman USD 65,68 juta (4,90 persen).

Adapun lima negara tujuan ekspor lada Indonesia tahun 2019 yaitu Vietnam sebesar USD 46,57
juta (pangsa pasar 31,61 persen), Tiongkok USD 21,06 juta (14,29 persen), India USD 18,76 juta
(12,73 persen), Amerika Serikat USD 16,45 juta (11,17 persen), serta Jerman USD 8,66 juta (5,88
persen).

Sementara itu, daerah pengekspor lada terbesar di Indonesia, yaitu Lampung USD 43,33 juta
(dengan pangsa pasar 29,41 persen), Bangka Belitung USD 36,52 juta (24,78 persen), Jawa Timur
USD 18,12 juta (12,30 persen), Sulawesi Selatan USD 16,68 juta (11,32 persen), DKI Jakarta USD
16,58 juta (11,25 persen), serta Kalimantan Barat USD 6,29 juta (4,27 persen). (udy)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment