Kamis, 2 Juli 2020
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Indonesia dan India sepakat memperkuat sinergi di bidang ekonomi untuk menghadapi tantangan pascapandemi Covid-19. Salah satunya, melalui penjajakan peluang kerja sama perdagangan serta investasi di bidang pengembangan farmasi untuk penanggulangan wabah Covid-19.
Hal ini diungkapkan Menteri Perdagangan RI Agus Suparmanto saat bertemu secara virtual dengan
Menteri Perkeretaapian, Perdagangan, dan Industri India, Piyush Goyal, dalam Pertemuan ke-3
Biennial Trade Ministers’ Forum (BTMF) Indonesia-India pada Senin, (29/6).
BTMF merupakan forum pertemuan reguler dua tahunan tingkat Menteri Perdagangan Indonesia
dan India untuk membahas isu-isu perdagangan kedua negara. Pertemuan pertama BTMF
dilaksanakan di Jakarta pada 2011 dan pertemuan kedua BTMF dilangsungkan di New Delhi pada
2017.
“Pertemuan BMTF kali ini sangat penting mengingat kedua negara tengah dilanda pandemi
Covid-19 dan menghadapi dampak penurunan pertumbuhan ekonomi global akibat Covid-19.
Dengan pertemuan ini, kedua negara dapat terus melanjutkan dialog dan kerja sama dagang,
serta mencari peluang yang dapat dikerjasamakan di tengah pandemi saat ini,” kata Mendag
Agus.
Kedua menteri membahas berbagai isu ekonomi agar target perdagangan bilateral yang
ditetapkan pemimpin kedua negara sebesar USD 50 miliar pada 2025 dapat tercapai, termasuk
akses pasar di masing-masing negara yang selalu menjadi bahasan BTMF. Selain itu, kedua menteri
juga membahas berbagai upaya terobosan dalam menangani situasi ekonomi pascapandemi
Covid-19.
Kedua menteri menyambut baik perkembangan perdagangan bilateral tahun 2019 yang tercatat
positif dan memahami tantangan berat yang akan dihadapi tahun ini dan tahun depan. Sebagai
dua negara dengan penduduk terbesar di kawasan, Indonesia dan India sepakat membangun
kolaborasi perdagangan.
Pada pertamuan tersebut, Mendag Agus juga meminta India agar dapat membantu membukakan
akses produk Indonesia seperti minyak sawit dan produk turunannya (refined palm oil); perhiasan
emas; ban kendaraan; dan produk pertanian khususnya pinang, gambir, teh karena tengah
mengalami tekanan tarif dan nontarif.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo
mengungkapkan, salah satu hasil konkret dari pertemuan ini adalah terkait kesepakatan kedua
negara untuk melakukan penjajakan perundingan dagang bilateral.
“Kedua menteri telah sepakat agar Indonesia dan India segera bertemu dan membahas isu-isu
perdagangan secara lebih intensif. Kami di level teknis akan membahas tindak lanjut pertemuan
bilateral kedua menteri agar hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara berjalan
lebih lancar,” ujar Iman.
Di bidang farmasi untuk penanggulangan wabah Covid-19, Mendag Agus mengajak Menteri Piyush memfasilitasi kerja sama antara pelaku usaha obat-obatan dan alat kesehatan. “India merupakan salah satu produsen utama obat-obatan dunia yang sangat berdaya saing. Untuk itu, saya mengajak Menteri Piyush untuk mendorong kerja sama antara pelaku usaha obat-obatan dan alat kesehatan, termasuk melalui investasi, sinergi produksi bahan baku obat, maupun pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia. Hal ini sejalan dengan fokus dan program pemerintah untuk memanfaatkan momentum pandemi guna membangun industri obat-obatan dan alat kesehatan di Indonesia,“ ungkap Mendag.
Indonesia, lanjut Mendag Agus, juga berkomitmen memberikan berkontribusi dalam upaya global
penanganan Covid-19 dengan penghapusan larangan ekspor bahan baku masker, produk
antiseptik, dan alat pelindung diri (APD); serta mengharapkan India dapat memberikan relaksasi
atas sejumlah restriksi ekspor untuk produk alat kesehatan yang dibutuhkan Indonesia.
“Diharapkan momentum Covid-19 dapat menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain global
dalam industri alat-alat kesehatan,” ungkap Mendag.
Dalam pertemuan BTMF ke-3 ini juga diadakan pertemuan virtual antar pelaku usaha Indonesia
dan India untuk berdialog dengan kedua menteri. Delegasi bisnis Indonesia dipimpin Wakil Ketua
Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional, Shinta Kamdani, dengan anggota delegasi dari
perwakilan sejumlah perusahaan dan asosiasi yang secara intensif melakukan kontak dagang
dengan India, antara lain dari sektor obat-obatan, energi, tekstil dan produk tekstil dan garmen,
sepatu, makanan dan minuman, serta otomotif. Dalam sesi tersebut, perwakilan dunia usaha dari
kedua negara turut memberi masukan agar hubungan perdagangan Indonesia-India tetap tumbuh
positif di tengah pandemi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perdagangan, nilai total
perdagangan kedua negara di tahun 2019 mencapai USD 16,1 miliar. India merupakan negara
tujuan ekspor nonmigas Indonesia terbesar ke-4 dengan nilai ekspor senilai USD 13,7 miliar dan
sumber impor nonmigas ke-9 bagi Indonesia untuk tahun 2019 dengan nilai impor dari India senilai USD 5,0 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus perdagangan sebesar USD 8,7 miliar dengan India.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke India pada 2019 adalah coal; palm oil and its fractions; flatrolled products of stainless steel; natural rubber dan industrial monocarboxylic fatty acids.
Sementara itu, komoditas impor utama Indonesia dari India pada 2019 adalah meat of bovine
animals, frozen; cyclic hydrocarbons; groundnuts; steam or other vapor; dan motor vehicles for the
transport of goods. (rdy)