Stok Kedelai Cukup, Kemendag Jamin Tahu dan Tempe Tetap Tersedia di Masyarakat

Oleh rudya

Senin, 4 Januari 2021

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto menegaskan, stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tahu dan tempe nasional. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan menjamin tahu dan tempe tetap tersedia di masyarakat.

Sebelumnya, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyatakan akan
melakukan penyesuaian harga tahu dan tempe dengan harga kedelai impor. Menanggapi hal tersebut, Kementerian Perdagangan melakukan koordinasi dengan Gakoptindo dan memperoleh informasi bahwa harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami penyesuaian dari Rp9.000/kg pada November 2020 menjadi Rp9.300—9.500/kg pada Desember 2020 atau sekitar 3,33—5,56 persen.

“Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tahu tempe Indonesia. Dengan penyesuaian
harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh perajin,” kata Suhanto di Jakarta, Kamis (31/12).


Suhanto menyampaikan, berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450.000 ton. “Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150.000—160.000 ton/bulan, maka stok tersebut seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2—3 bulan mendatang,” ujarnya.

Dikatakan Suhanto, pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar USD 12,95/bushels,
naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 11,92/bushels. Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar 461 USD/ton, naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 435 USD/ton.

Menurut Suhanto, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia diakibatkan lonjakan
permintaan kedelai dari Tiongkok kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia.
Pada Desember 2020 permintaan kedelai Tiongkok naik 2 kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat,
seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.

“Untuk itu perlu dilakukan antisipasi pasokan kedelai oleh para importir karena stok saat ini tidak
dapat segera ditambah mengingat kondisi harga dunia dan pengapalan yang terbatas. Penyesuaian
harga dimaksud secara psikologis diperkirakan akan berdampak pada harga di tingkat importir pada Desember 2020 sampai beberapa bulan mendatang,” tandas Suhanto.

Suhanto berharap importir yang masih memiliki stok kedelai untuk dapat terus memasok secara
kontinu kepada anggota Gakoptindo dengan tidak menaikan harga. Berdasarkan data BPS, saat ini
harga rata-rata nasional kedelai pada Desember 2020 sebesar Rp11.298/kg. Harga ini turun 0,37
persen dibanding November 2020 dan turun 8,54 persen dibandingkan Desemeber 2019.
“Kami mengapresiasi para anggota Gakoptindo yang tetap berproduksi dan telah membantu
masyarakat dengan terus memasok tahu dan tempe untuk kebutuhan gizi terjangkau di saat pandemi ini,” tutup Suhanto. (dya)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment