Jumat, 17 September 2021
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM-Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyatakan neraca perdagangan pada Agustus 2021 yang tercatat surplus US$ 4,74 miliar akan menjadi motor penggerak ekonomi nasional.
Capaian ini melanjutkan tren surplus yang telah terjadi selama 16 bulan berturut- turut sekaligus terbesar sejak 2006 dengan total surplus neraca perdagangan dari Januari sampai Agustus 2021 tercatat US$ 19,17 miliar.
“Surplus ini diharapkan turut menjadi motor perekonomian Indonesia ke depan,” katanya di Jakarta, Jumat (17/9).
Febrio menyebutkan surplus neraca perdagangan merupakan hasil kontribusi surplus neraca nonmigas sebesar US$ 5,43 miliar saat neraca migas tercatat defisit US$ 1,23 miliar.
Sementara itu, total ekspor Agustus 2021 tercatat US$ 21,42 miliar atau naik 20,95% (mtm) dan 64,1% (yoy) yang merupakan capaian tertinggi sejak 2000.
Realisasi yang juga lebih tinggi dari konsensus perkiraan angka pertumbuhan ekspor sebesar 36,1% (yoy) itu didukung pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 63,4% (yoy) dan sektor migas 77,9% (yoy).
Secara kumulatif, total ekspor sepanjang tahun berjalan mencapai US$ 142,01 miliar atau meningkat 37,77% (ytd) dengan didominasi CPO dan bahan bakar mineral.
Menurut Febrio, kenaikan ekspor menunjukkan sinyal pemulihan permintaan dunia sehingga melalui program PEN serta kebijakan pendukung kinerja ekspor maka dunia usaha diharapkan mampu memanfaatkan potensi pemulihan ekonomi dunia.
Dari sisi sektor, seluruh ekspor sektoral menunjukkan kinerja yang baik seperti pertanian tumbuh 17,89% (mtm) meski sedikit turun 0,42% (yoy) didorong oleh komoditas kopi, buah-buahan, dan hasil hutan bukan kayu lainnya.
Selanjutnya, ekspor terkait industri pengolahan juga naik 20,67% (mtm) dan 52,62% (yoy) terutama komoditas CPO, besi baja, dan timah sedangkan pertambangan naik 27,23% (mtm) dan 162,89% (yoy) khususnya batu bara, biji tembaga dan lignit.
Dari sisi impor, total impor pada Agustus 2021 tercatat sebesar US$ 16,68 miliar atau tumbuh 10,35% (mtm) dan 55,26% (yoy) dan lebih tinggi dari konsensus perkiraan angka pertumbuhan impor sebesar 45% (yoy).
Kenaikan ini didorong oleh impor migas yang meningkat hingga 115,75% (yoy) dan impor nonmigas dengan pertumbuhan 49,39% (yoy) sehingga secara kumulatif impor tahun berjalan mencapai US$ 122,83 miliar atau tumbuh 33,36% (ytd).
“Untuk impor nonmigas semua jenis impor penggunaan menunjukkan pertumbuhan yang positif,” ujarnya.
Impor bahan baku memiliki kontribusi 75,61% atau tumbuh 8,39% (mtm) dan 59,59% (yoy) sedangkan impor barang modal yang memiliki kontribusi 14,37% tumbuh 16,44% (mtm) dan 34,56% (yoy).
Kemudian, impor barang konsumsi yang memiliki kontribusi 10,02% tumbuh 16,34% (mtm) dan 58,23% ( yoy).
“Peningkatan impor secara keseluruhan menunjukkan bertumbuhnya aktivitas ekonomi domestik seiring perkembangan positif penanganan COVID-19,” jelasnya. (sr)