Senin, 6 Februari 2023
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM- Realisasi pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai angka 5,31% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) merupakan pertumbuhan yang tertinggi sejak tahun 2013, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono
“Saat itu di tahun 2013, Indonesia mampu tumbuh 5,56% (yoy),” ujar Margo di Jakarta, Senin (6/2).
Selain itu, secara nominal pun perekonomian Indonesia sudah lebih tinggi dari sebelum pandemi COVID-19 yakni di tahun 2019 dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 15,83 ribu triliun dan PDB atas dasar harga konstan (ADHK) Rp 10,95 ribu triliun.
Sementara di tahun 2022, Margo menyebutkan PDB ADHB berhasil meningkat mencapai Rp 19,59 ribu triliun dan PDB ADHK Rp 11,71 ribu triliun, dengan PDB per kapita mencapai Rp 71 juta atau US$ 4.783,9.
Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2022 terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 19,87% (yoy), diikuti sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 11,97% (yoy), dan jasa lainnya sebesar 9,47% (yoy).
Adapun industri pengolahan yang memiliki peran dominan tumbuh 4,89% (yoy), sedangkan pertanian, kehutanan, dan perikanan serta perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor masing-masing tumbuh sebesar 2,25% (yoy) dan 5,52% (yoy).
Lapangan usaha transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makan minum berhasil tumbuh paling tinggi didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat serta peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.
“Namun industri pengolahan yang mendominasi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,01% masih tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional,” tuturnya.
Dari sisi pengeluaran, sambung dia, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 16,28% (yoy), yang didorong oleh windfall alias penerimaan tak terduga dari komoditas unggulan.
Pertumbuhan tertinggi selanjutnya diraih oleh impor sebesar 14,75% (yoy), yang didorong kenaikan impor barang modal dan bahan baku. Kemudian, konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 5,64% (yoy), konsumsi rumah tangga 4,93% (yoy), serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 3,87% (yoy).
Kendati demikian, konsumsi pemerintah tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,51% (yoy). Secara keseluruhan, konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,61%. (sr)